-->

Cara Merakit Rangkaian Hidroponik mini

Cara Merakit Rangkaian Hidroponik mini


Bagi yang gemar bercocok tanam, lahan yang sempit bukanlah hambatan untuk memulai bercocok tanam. Menanam dengan sistem hidroponik menjadi salah satu alternatif menyalurkan hobi bercocok tanam.  Hal ini dilakukan oleh Yuwinah yang mencoba berkebun di lantai atas rumahnya dengan sistem hidroponik mini yang ia rakit sendiri. Anda pun bisa melakukan hal serupa seperti yang dilakukan Yuwinah, merakit sendiri rangkaian hidroponik mini

Merakit sendiri Rangkaian hidroponik

Yuwinah memodifikasi rangkaian hidroponik sesuai kebutuhannya.

Merakit sendiri rangkaian hidroponik membuat berkebun terasa mudah dan menyenangkan.
Kubis ungu berumur 60 hari itu tumbuh subur di modul hidroponik mini milik Yuwinah. Disebut mini karena ukurannya kecil, yakni lebar 1,5 m, panjang 1,8 m, dan tinggi hanya 1,2 m. Sekeliling modul itu tertutup kain sifon untuk mencegah hama masuk. Sebagai atap rangkaian, ia menggunakan plastik bening bergelombang yang dipasang berkemiringan 5 cm.

Yuwinah meletakkan dua modul hidroponik itu lantai ke-3 rumahnya. Keterbatasan lahan bukan menjadi halangan bagi Yuwinah untuk menyalurkan hobi bercocok tanam. Sebab itulah ia memanfaatkan dak lantai ketiga rumahnya untuk berkebun. Dalam satu rangkaian terdapat enam baris pipa. Jarak antar tanaman 19 cm. Total jenderal terdapat 42 lubang tanam dalam satu rangkaian.

Di modul hidroponik itu Yuwinah menanam beragam komoditas sayuran seperti kangkung, bayam, selada, bunga kol, sawi, dan brokoli. Pehobi di Pontianak, Kalimantan Barat, itu memanfaatkan pipa berukuran 3 inci sebagai wadah tanam. Berdasar literatur dan beberapa rangkaian hidroponik yang pernah ia lihat, pipa dapat digunakan sebagai wadah tanam hidroponik.

Selain itu ia mudah memperoleh pipa. Bobot pipa juga ringan sehingga mudah pengerjaannya. Sebab itulah Yuwinah merakit sendiri modul hidroponik itu pada Mei 2014. “Pengerjaannya tidak terlalu merepotkan sehingga tidak perlu panggil perakit hidroponik,” kata Yuwinah. Penggunaan pipa sebagai wadah tanam juga diaplikasikan Andi Wibowo, pehobi hidroponik di Kota Surakarta, Jawa Tengah.

Ia memakai pipa berdiameter tiga inci. Menurut Andi bila ukuran pipa lebih kecil daripada tiga inci pertumbuhan tanaman agak terhambat. Itu karena suhu di dalam pipa tinggi, hingga 30ºC. Padahal suhu ideal 25ºC. Sementara harga pipa berdiameter lebih dari tiga inci lebih mahal. Pertumbuhan tanaman relatif sama.

Yuwinah mendesain rangkaian hidroponik itu sesuai keinginan dan kebutuhannya. Sebagai tiang kerangka, ibu dua anak itu menggunakan pipa berukuran satu inci. Sementara untuk wadah tanam, pipa tiga inci. Uniknya pada rangkaian itu pipa terbelah menjadi dua bagian. Tujuannya, “Agar lebih efisien,” ujarnya. Pipa yang terbelah itu lalu ditutup stirofoam yang dilubangi untuk meletakkan sayuran.

Modifikasi NFT
Di kediaman Yuwinah terdapat dua modul hidroponik serupa. Modul kedua merupakan penyempurnaan dari modul pertama. Pada modul kedua alumnus Institut Bisnis dan Informatika Indonesia itu menggunakan pipa yang terbagi dua. Sementara pada modul pertama menerapkan pipa utuh yang dilubangi untuk meletakkan sayuran.

Modul hidroponik diletakkan di lantai tiga rumah

Penggunaan pipa utuh sebagai wadah tanam menyebabkan suhu larutan naik sehingga pH berubah. Oleh karena itu Yuwinah membelah pipa menjadi dua bagian lalu menutupnya dengan stirofoam. Dengan begitu pH lebih stabil. Keuntungan lain, “Pipa mudah dibersihkan,” ujarnya. Pembuatan modul hidroponik pertama membutuhkan dua pipa, masing-masing panjangnya empat meter.
Sementara modul kedua hanya membutuhkan satu pipa ukuran empat meter. Untuk membuat rangkaian hidroponik itu, Yuwinah menghabiskan Rp700.000—Rp1.000.000. Sistem hidroponik yang digunakan Yuwinah modifikasi nutrient film technique (NFT). Sistem hidroponik disebut NFT bila lapisan nutrisi ketebalannya 0,3 cm. Padahal ketebalan nutrisi yang digunakan perempuan berusia 37 tahun itu 2 cm.

Penggunaan pipa terbelah membuat pH nutrisi stabil, efisien, dan mudah dibersihkan

Sistem yang diterapkan Yuwinah juga bukan tergolong deep flow technique (DFT). Sebab, ketebalan nutrisi sistem DFT 3—5 cm. Ia juga memanfaatkan sumbu berbahan kain flanel untuk membantu akar menyerap nutrisi. Itulah sebabnya Yuwinah menamai sistem hidroponiknya itu sistem modifikasi NFT. Di tempat Yuwinah sering terjadi pemadaman listrik. Oleh karena itu ia menggunakan ketebalan nutrisi 2 cm. Dengan begitu sayuran tidak sampai mati kekeringan.

Berkualitas
Menurut ahli hidroponik di Jakarta, Yos Sutiyoso, sistem NFT menggunakan talang jauh lebih baik daripada pipa. Namun, keduanya tetap bisa digunakan. Prinsip kerja NFT nutrisi mengalir tipis. “Ketebalan nutrisi hanya 3—4 mm,” ujar alumnus Institut Pertanian Bogor itu. Prinsip itu terpenuhi pada talang. Dengan aliran nutrisi yang tipis mempermudah tanaman menyerap oksigen terlarut dan penyebaran akar merata.

Dengan begitu tidak terjadi perebutan nutrisi antartanaman. Jika ingin menggunakan pipa, Yos menyarankan memilih pipa berdiameter dua inci. Pipa berdiameter kecil memungkinkan nutrisi yang mengalir tipis terjangkau oleh akar tanaman. Keunikan lain hidroponik rangkaian Yuwinah adalah penggunaan pipa sambungan berbentuk U untuk menyambungkan antarpipa

Karena antarpipa bersebelahan saling berhubung, Yuwinah menyebutnya hidroponik model S. Dengan cara itu, ia cukup memberikan satu saluran inlet untuk satu rangkaian. Pada saluran inlet itu ia gunakan empat selang kecil ukuran lima milimeter untuk mengalirkan nutrisi. Sistem NFT umumnya memiliki satu inlet untuk setiap talang. Bila dalam satu rangkaian terdapat enam baris talang maka terdapat enam inlet.

Baca Juga : Trend Sistem budidaya hidroponik dari tahun ke tahun

Satu inlet itu biasa tedapat 1—2 selang kecil untuk mengalirkan nutrisi. Menurut Yuwinah, penggunaan sebuah inlet di setiap talang atau pipa lebih merepotkan. Dengan cara itu sayuran produksinya tetap berkualitas. Bobot sayuran produksinya lebih besar dibanding sayuran hidroponik yang ia beli di supermarket. Selada, misalnya, berbobot rata-rata 150 gram per tanaman.

Untuk menghasilkan sayur berkualitas itu Yuwinah melakukan sendiri proses pembibitan hingga panen. “Hasil panen sebagian besar untuk konsumsi sendiri,” ujarnya. Pada proses pembibitan, ia memanfaatkan media rockwool. Setelah sepuluh hari di pembibitan, ia memindahkannya ke meja pembesaran. Sebagai sumber nutrisi tanaman, Yuwinah menggunakan pupuk AB mix.

Pembibitan selama sepuluh hari menggunakan media rockwool.

Pada sayuran daun ia menggunakan konsentrasi 1.000 ppm, sedangkan sayuran buah 1.400—1.800 ppm. Ia menggunakan pH 6 dan EC 5,5—7. Umur panen antara satu sayuran dan yang lain tidak sama. Selada misalnya, siap panen umur 30 hari, sedangkan kubis ungu 80 hari. Selain sistem hidroponik modifikasi NFT, Yuwinah juga mengembangkan hidroponik sistem sumbu, dutch bucket, dan tetes. Dengan memodifikasi sendiri rangkaian hidroponik berkebun terasa mudah dan menyenangkan. 
LihatTutupKomentar